Berita

Final English Contest

Terlihat sejak dini hari pegawai Dispusip Kota Pasuruan riwa-riwi sibuk mempersiapkan lomba final English Contest. Sepuluh peserta yang lolos seleksi akan berkompetisi memperebutkan juara satu hingga tiga dan harapan satu hingga tiga. Hadiah yang ditawarkan pun, cukup menggiurkan, yaitu piala, sertifikat, dan juga uang pembinaan dengan total 4 Juta rupiah.

Raut wajah tegang nampak jelas dari seluruh peserta yang  mulai pukul 08.00 telah siap di area lomba. Seluruh peserta akan tampil diatas panggung dan disaksikan dewan juri. Acara dibuka oleh Kepala Dispusip Titrit Satrija Nimpuna sekaligus memberikan sambutan. “kegitan ini untuk memfasilitasi gerakan gemar membaca yang mana akan berdampak pada kemampuan literasi masyarakat.” Ujarnya. Peserta dinilai oleh juri yang berpengalaman dengan kriteria penilaian peserta dari sisi ketepatan bahasa, ekspresi, kelancaran, dan kesesuaian isi dengan tema pidato.

Lomba selesai hingga menjelang tengah hari. Juara 1 diraih oleh Sagita Az Zahra dari SMPN 9 Kota Pasuruan, ia membawakan judul The Importance Of Education For Teenagers To Our Lives And Our Contry, dengan perolehan nilai 1039. Kemudian juara 2 diraih oleh Sheila Setya Adinda dari SMPN 1 Kota Pasuruan, dengan judul The Importance Of Health Education For Teenagers, dengan perolehan nilai 1038. dan juara 3 diraih oleh Gloriana Joy dari SMPK Sang Timur, judul yang ia bawakan yaitu The Importance Of Character Education For Teenagers, dengan perolehan nilai 987. Persaingan sangat terasa di lomba ini dibuktikan dengn perolehan nilai yang tidak terlampau jauh.

Kegiatan lomba ini merupakan salah satu bentuk transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial. Yaitu perpustakaan bukan lagi hanya sekadar tempat untuk menyimpan buku yang membosankan. Akan tetapi, perpustakaan dapat mefasilitasi masyarakat untuk mengembangkan potensi diri, contoh nya pada lomba ini memantik keinginan siswa-siswi SMP/MTS untuk dapat lebih mahir dalam berbahasa inggris. “Perpustakaan dapat menjadi wadah kegiatan masyarakat seperti komunitas dongeng, komunitas arsip.” Tambah Titrit dalam sambutannya. Bahkan komunitas yang tidak ada kaitannya dengan dunia pendidikan pun tetap diberikan wadah untuk berkumpul seperti komunitas pecinta hewan.

Related Articles

Back to top button